Tradisi Layangan di Sading
Tradisi bermain layang layang atau melayangan memang sudah sangat kental
di Bali, dimana pada masa lampau untuk mengisi waktu senggang selain
bercengkrama kegiatan mereka juga diisi dengan melayangan. Awal dari
tradisi ini, lahir suatu tradisi
saat seorang gembala bajak sawah yang mengisi waktu senggang untuk
menaikkan layang-layang di tengah hamparan sawah yang luas. Dimana
dikenal dengan istilah “Rare Angon” ( dalam cerita pewayangan merupakan
putra dewa siwa yang berwujud anak kecil )
Saat ini ” Melayangan” masih sering dilaksanakan oleh masyarakat
bali, baik anak-anak sampai orang dewasa. Dari Bali bagian timur sampai
bagian barat, bagian utara sampai bagian selatan. Kreativitas mereka
tuangkan dalam berbagai wujud layang-layang baik yang bersifat
tradisional maupun Layangan Kreasi
Baru.
Untuk menunjang kreativitas masyarakat Bali dan promosi pariwisata
Bali terutama dalam kegiatan melayangan, dalam interval waktu bulan Juli
sampai bulan Agustus diadakan berbagai festival layang-layang baik yang
bersifat lokal maupun internasional yaituaka Festival Layangan
Internasional Padang Galak Sanur, Festival Layangan Pantai Mertasari
Sanur dan terakhir di penghujung musim diadakan Festival Layangan Tanah
Lot Tabanan. Dan diikuti oleh masyarakat Bali terutama oleh
kelompok-kelompok Banjar yang tersebar di beberapa kabupaten yaitu
Gianyar, Badung, Tabanan , dan Kodya Denpasar.Dalam festival layang
layang terdapat beberapa kriteria penilaian diantaranya seni bentuknya,
warnanya, suara guangan yang dihasilkan, indah gerakannya saat berada
diudara dan yang terakhir ketahanan layang layang diudara.
Di Bali ada beberapa jenis layangan yaitu sebagai berikut :